CERPEN : RODA PASTI BERPUTAR
![]() |
youtube.com |
Jika saja kita melihat kehidupan keluarga Pak Thalib hanya dengan menggunakan akal pikiran sehat saja, tanpa kita menyadari bahwa kasih sayang dan keajaiban dari Allah melalui keperdulian beberapa orang disekitar mereka, tentunya kita tidak akan percaya jika saat ini keluarga Pak Thalib sudah mulai merasakan kebahagiaan. Ketujuh orang anaknya telah menjadi sarjana dan bekerja dengan keahlian masing-masing, bahkan putra keduanya telah mampu memberikan sebuah rumah untuk orang tuanya.
Semua kesedihan, kesengsaraan dan perjuangan hidup membesarkan ketujuh anaknya perlahan-lahan mulai berakhir, tidak terdengar lagi gunjingan saudara dan tetangga yang selalu menyalahkan Bu Ani karena telah menjual rumah warisannya hanya untuk membela suaminya saat itu. Bahkan mereka juga menyumpahi jika keluarga Bu Ani tidak akan mampu untuk bisa membeli rumah baru, apalagi menyekolahkan anak-anaknya karena untuk makan saja sudah senin kemis begitu katanya.
Akan tetapi semua gunjingan itu tidak dihiraukan oleh keluarga Pak Thalib, mau mereka kaya, miskin, bisa makan atau tidak toh tidak ada yang perduli. Sampai suatu hari ayah dari Bu Ani mengusir dan melarang mereka untuk tinggal dirumahnya karena khawatir Pak Thalib akan menguasai rumah itu dan menjualnya. Padahal saat itu mereka hanya butuh tempat berteduh sementara, dari panas dan hujan sambil berusaha untuk mencari rumah sewa dan mencari pekerjaan baru.
Namun apa mau dikata takdir berkehendak lain, Pak Thalib beserta istri dan anak-anaknya harus angkat kaki dari rumah itu. Dengan cepat mereka mengemasi barang-barang yang sudah tidak berharga dan memasukkannya kedalam gerobak dorong, entah kemana mereka akan pergi mencari tempat berteduh. Semua pintu rumah tetangga, saudara dekat telah tertutup rapat seolah-olah mereka takut jika anak-anak Pak Thalib yang sangat banyak dan masih kecil-kecil itu akan diajak menumpang dan menggangu kebahagiaan mereka.
Pak Thalib menarik gerobak dorong itu diikuti oleh ketujuh anak dan istrinya yang setia. Dengan hanya memakai sweater coklat yang sudah tak layak pakai beliau menarik gerobak, beliau sudah tidak perduli lagi dengan keadaanya, yang terpenting sekarang adalah menemukan tempat berteduh untuk anak dan istrinya.
*******
Semakin jauh mereka berjalan tanpa menghiraukan begitu banyak tatapan mata sinis dan penuh tanya dari orang -orang di sepanjang perjalanan keluarga besar itu. Ada yang bertanya-tanya sendiri bahkan ada juga yang melihat dengan sinis. Benarkah di dunia ini sudah tidak ada lagi kepedulian dan rasa belas kasihan ? Sudah begitu kejamkah dunia bagi orang-orang miskin ? Mungkin itulah pertanyaan yang sedang berkecamuk di hati Pak Thalib dan istrinya yang begitu tabah menghadapi cobaan hidup.
Hari semakin gelap dan sepertinya hujan akan segera turun " tiada henti mulut kedua orang itu komat-kamit memanjatkan doa kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan perut lapar mereka berjalan jauh dan semakin jauh keluar dari keramain kota tanpa tahu arah yang harus dituju.
Hingga akhirnya mereka berhenti untuk sekedar beristirahat di area kebun dan ladang yang begitu gelap, hanya terlihat satu rumah dengan lampu minyak yang sesekali meredup tertiup angin. Disebelah rumah itu terlihat bekas kandang sapi yang tidak terpakai berukuran 3 x 3 meter berdempetan dengan gudang yang penuh barang rongsokan. Kandang sapi itu hanya dibatasi dengan pring bambu dan karung goni bekas disetiap sisinya, tampak juga amben ( tempat tidur dari bambu) yang cukup untuk tempat istirahat tiga orang. Namun atap genteng kandang itu masih terlihat kokoh, yang terlihat cukup bagus untuk tempat berlindung dari hujan dan panas matahari.
![]() |
news.detik.com |
Dengan modal nekat dan doa yang tiada henti Pak Thalib memberanikan diri mengetuk pintu rumah orang yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya.
" Assalamu'alaikum " ucap beliau
" Wa'alaikumsalam " terdengar suara laki-laki dari dalam rumah membalas salam Pak Thalib.
Begitu pintu terbuka lelaki paruh baya yang mungkin usianya sebaya dengan Pak Thalib, merasa terkejut dan heran melihat orang yang tidak pernah dikenalnya.
" Maaf, jika saya telah menganggu istirahat anda " kata pak Thalib membuka pembicaraan. Saya Kemari mau meminta tolong, kalau diijinkan malam ini saya dan anak istri saya ingin menumpang istirahat di bekas kandang sapi sebelah rumah bapak.
Terlihat pria itu berusaha menutupi rasa terkejutnya, sambil sejenak memperhatikan anak dan istri pak Thalib yang terlihat sangat lelah karena sudah berjalan jauh hampir seharian dengan perut lapar. Dan Allah yang Maha Penolong telah membuka rasa belas kasihan di hati lelaki tersebut, namanya pak Untung seberuntung keluarga pak Thalib yang telah menemukan tempat untuk berteduh melewati malam yang beranjak larut.
Denga senang hati pak Untung mempersilahkan pak Thalib untuk beristirahat disana bahkan menyarankan tinggal disitu saja sampai bisa mendapatkan rumah tinggal yang baru. Dia juga meminta maaf karena tidak bisa menampung pak Thalib untuk tinggal di rumah induk, karena sudah penuh dengan saudara, anak-anak dan ibunya pak Untung.
Hal ini tentu saja tidak menjadi masalah bagi pak Thalib, diberi ijin tinggal dibekas kandang sapi saja sudah merupakan anugerah besar apalagi ditambah sisa-sisa makanan yang diberikan keluarga pak Untung. Dengan lahap mereka menikmati santapan itu, paling tidak malam ini cacing-cacing di perut mereka tidak akan berteriak kelaparan. Soal besok dipikir besok yang penting rasa syukur saat ini, karena masih ada satu orang yang perduli dan memberi tempat tinggal sementara.
Itulah roda kehidupan dia akan selalu berputar, kadang diatas kadang dibawah begitu juga dengan nasib manusia. Saat berada diatas mungkin Allah menginginkan dia untuk menjadi orang yang bersyukur, namun saat dia di bawah tentunya Allah menginginkan dia untuk menjadi orang yang bersabar.
Begitu juga saat berjuta manusia tak ada perduli dengan kesedihan kita, pastinya Allah telah menyediakan dan mempertemukan kita dengan satu orang yang pasti akan memberikan pertolongan. Entah dimana, kapan? kita semua tak tahu Wallahu a'lam Bishawab.
Semoga cerita ini bisa membuka hati kita agar lebih perduli dengan orang-orang disekitar kita yang membutuhkan bantuan. Karena kita tidak tahu mungkin saja pertolongan Allah datang padanya melalui sedikit kebaikan yang kita miliki.
Begitu pintu terbuka lelaki paruh baya yang mungkin usianya sebaya dengan Pak Thalib, merasa terkejut dan heran melihat orang yang tidak pernah dikenalnya.
" Maaf, jika saya telah menganggu istirahat anda " kata pak Thalib membuka pembicaraan. Saya Kemari mau meminta tolong, kalau diijinkan malam ini saya dan anak istri saya ingin menumpang istirahat di bekas kandang sapi sebelah rumah bapak.
Terlihat pria itu berusaha menutupi rasa terkejutnya, sambil sejenak memperhatikan anak dan istri pak Thalib yang terlihat sangat lelah karena sudah berjalan jauh hampir seharian dengan perut lapar. Dan Allah yang Maha Penolong telah membuka rasa belas kasihan di hati lelaki tersebut, namanya pak Untung seberuntung keluarga pak Thalib yang telah menemukan tempat untuk berteduh melewati malam yang beranjak larut.
Denga senang hati pak Untung mempersilahkan pak Thalib untuk beristirahat disana bahkan menyarankan tinggal disitu saja sampai bisa mendapatkan rumah tinggal yang baru. Dia juga meminta maaf karena tidak bisa menampung pak Thalib untuk tinggal di rumah induk, karena sudah penuh dengan saudara, anak-anak dan ibunya pak Untung.
Hal ini tentu saja tidak menjadi masalah bagi pak Thalib, diberi ijin tinggal dibekas kandang sapi saja sudah merupakan anugerah besar apalagi ditambah sisa-sisa makanan yang diberikan keluarga pak Untung. Dengan lahap mereka menikmati santapan itu, paling tidak malam ini cacing-cacing di perut mereka tidak akan berteriak kelaparan. Soal besok dipikir besok yang penting rasa syukur saat ini, karena masih ada satu orang yang perduli dan memberi tempat tinggal sementara.
Itulah roda kehidupan dia akan selalu berputar, kadang diatas kadang dibawah begitu juga dengan nasib manusia. Saat berada diatas mungkin Allah menginginkan dia untuk menjadi orang yang bersyukur, namun saat dia di bawah tentunya Allah menginginkan dia untuk menjadi orang yang bersabar.
Begitu juga saat berjuta manusia tak ada perduli dengan kesedihan kita, pastinya Allah telah menyediakan dan mempertemukan kita dengan satu orang yang pasti akan memberikan pertolongan. Entah dimana, kapan? kita semua tak tahu Wallahu a'lam Bishawab.
Semoga cerita ini bisa membuka hati kita agar lebih perduli dengan orang-orang disekitar kita yang membutuhkan bantuan. Karena kita tidak tahu mungkin saja pertolongan Allah datang padanya melalui sedikit kebaikan yang kita miliki.
Promo www.Fanspoker.com :
ReplyDelete- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||