JODOH



Ani seorang gadis cantik dan manis yang mulai menginjak remaja, namun sayang perjalanan hidupnya tidaklah semulus dan secantik wajahnya. Sejak usia sembilan tahun ibunya telah lebih dulu berpulang kerahmatullah setelah melahirkan adikknya yang kelima. Dan mulai saat itu dia harus menjadi pengganti ibu bagi adik-adiknya, untungnya adik yang nomer dua dan keempat diambil sebagai anak angkat oleh keluarga terdekatnya, sehingga hanya dua orang adik saja yang harus dijaga dan dibesarkan oleh Ani. Ayahnya memang seorang pekerja keras yang sangat tempramental, mudah marah dan pelit. Sehingga diusia yang masih sangat belia Ani harus bekerja keras dan memutar otak agar bisa tetap bertahan hidup bersama kedua adikknya.

Untuk bertahan hidup dia harus bekerja, mulai dari kerja pabrik rokok, berjualan kue dipagi hari sampai dengan mencari kayu untuk bahan bakar memasak dirumahnya, karena pada saat  itu harga minyak tanah sangatlah mahal. Dipagi buta dia harus bersiap-siap untuk berjualan kue milik tetangganya, tak jarang kue-kue yang dijualnya tak laku bahkan karena lapar dia sering makan pingiran kue gorengan itu sampai gerimpis (bahasa jawa) pinggiran kuenya dicuil sedikit demi sedikit sampai hampir habis.Terkadang ada tetangga yang baik hati memborong dagangan kuenya meskipun bentuknya sudah tak utuh lagi,mungkin karena rasa kasihan.

Selain cantik Ani juga seorang gadis yang pintar, tak heran jika dia menjadi kesayangan para guru disekolahnya. Namun sayang ayahnya tidak mau membiayai sekolah Ani meskipun uangnya banyak. Dengan terpaksa Ani berhenti disekolah hanya sampai kelas lima sekolah dasar.

Hari berganti tahun berlalu, tiada terasa sudah hampir sembilan tahun ibunya pergi meninggalkan mereka. Dan suatu sore ayahnya pulang bersama dengan seorang wanita separuh baya dan memperkenalkan pada mereka jika dia adalah ibu yang baru, yang akan menjaga dan merawat ani dan kedua adiknya. Pada saat itu Ani merasa senang karena dia akan bisa punya banyak waktu luang untuk bekerja mencari uang, karena kedua adiknya ada yang merawat.

Namun ternyata kedatangan ibu baru itu bukan merubah ayahnya menjadi lebih sabar dan sayang pada mereka justru ayahnya semakin cuek dan mudah marah, salah sedikit saja Ani pasti sudah kena pukul. Lama-kelamaan Ani tidak tahan dengan kehidupan yang dijalaninya dirumah itu. Diam-diam dia memutuskan untuk pergi jauh dari rumahnya alias minggat.

******
Berjalan sendirian ditengah  kesunyian dan kehampaan selalu dirasakan  dalam hidupnya. “Ternyata betapa sulit aku menyesuaikan diri di tempat asing ini. Dalam keadaan seperti ini, aku bingung, aku ragu dan bimbang dalam mengarungi kehidupan dan menjalankan hidup ini sendirian” gumamnya seorang diri.
Dalam hatiku bertanya, mampukah aku mengarungi kehidupan seperti ini. Setelah aku meninggalkan keluarga  di kampung halamanku,mencoba merubah nasib didaerah yang tidak kukenal sama sekali, tetapi meskipun tetap bertahan dirumah, aku  juga tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayah, orang tuaku satu-satunya yang menjadi sandaran hidupku.. Hidupku hampa . Hampir saban hari aku terus bergumul dengan kehidupan seperti ini. Menyendiri di tengah situasi yang kurang damai. Kini aku menikmati rotasi kehidupan seperti ini. Betapa sulitnya hidup ini.
 Sampai akhirnya aku nekat masuk kesebuah kampung, kucari rumah pak RT di situ, karena aku berpikir akan lebih aman jika aku meminta bantuan dan menumpang hidup sementara di rumah pak RT.Kebetulan kulihat sepertinya bapak dan ibu RT lagi duduk santai diteras rumah mereka. Dengan membaca bismillah dalam hati, aku mencoba memberanikan diri masuk kehalaman rumah sederhana itu.
“ Assalamuallaikum, maaf pak saya menganggu saya mau minta tolong pak” sapaku dengan sedikit gemetar karena malu dan agak takut.
“ Wa’alaikumsalam, masuk nduk mreneo, kowe sopo? Ono perlu opo nduk? jawab ibu RT dengan sangat ramah..”alhamdulillah seketika rasa gemetar dan takut dihatiku perlahan menghilang karena mereka menerima kedatanganku dengan sangat ramah.
Dengan singkat jelas aku menceritakan bagaimana kisah hidupku, hingga akhirnya aku bisa sampai kekampung ini. “ Owalah, kasihan sekali nasibmu nduk, cah ayune koyo ngene kok sampe lungo dewean, untung wae ora ono wong jahat sing nganggu awakmu...( anak secantik ini kok pergi sendirian, untung tidak ada orang jahat yang mengangunmu)” kata pak RT dengan nada suaranya yang berat tapi kedengaran sangat sabar.
“ Ya sudah untuk sementara kamu tinggal disini saja dulu, bantu-bantu ibu dirumah, nanti bapak tanyakan sama teman bapak, siapa tau ada kerjaan yang cocok buat kamu.”
“Ngih pak, terimakasih banyak saya sudah diterima dirumah ini..saya tak bantu – bantu ibu sampai bisa dapat kerja.”jawabku dengan hati yang sangat bahagia.
Namun dalam hatiku terlintas satu pertanyaan besar yang tak mampu kujawab, mampukah aku mengarungi kehidupan seperti ini. Setelah sekian tahun ibu meninggalkanku, aku tidak lagi merasakan kasih sayang darinya,Hidupku hampa . Hampir saban hari aku terus bergumul dengan kehidupan seperti ini. Menyendiri di tengah situasi yang kurang damai. Kini aku menikmati rotasi kehidupan seperti ini. Betapa sulitnya hidup ini.
Hidup ini tak segampang seperti membalik telapak tangan.  Aku harus berbaur dengan orang-orang asing di tempat ini. Aku tidak ingin menyendiri terus, aku harus berada bersama mereka. Aku ingin menikmati perjalanan bersama mereka. Aku yakin mereka juga sama seperti diriku. Mereka juga telah meninggalkan keluarga demi mencari sesuap nasi di tanah rantau.
Akhirnya dari sinilah aku merasakan kasih sayang orang asing. Mereka yang telah menerima diriku, yang mau mendengarkan keluh kesah kehidupanku. Yang pada akhirnya aku bisa mendapatkan pekerjaan disebuah pabrik. Nasehat-nasehat mereka selalu berharga untukku. Disaat aku mnegeluh mereka selalu memeberi peneguhan. Dan mulai dari saat itu aku merasakan kasih sayang dari orang-orang asing yang sebelumnya tidak pernah ada di benakku.
Demi melanjutkan hidup dan masa depanku, aku harus bersungguh-sungguh dalam bekerja dan membuang fikiran yang membuat hidupku merasa terbelenggu. Aku tidak boleh mengeluh terus tentang kisah hidupku, aku harus optimis demi masa depanku dan harus selalu bekerja demi menghidupi diriku dan membagi sebagian uang gajiku kepada ibu rina, bu RT yang telah menolongku  dan percaya bahwa aku adalah wanita baik-baik..
Pagi itu hari libur kerja setelah membantu ibu rina di dapur, aku duduk santai diteras rumah menikmati sang surya yang telah terbit dari timur dihiasi dengan embun-embun pagi sehingga membuat tanaman disekitar halaman rumah ini menjadi hijau dan sejuk dipandang mata.
Ketika lagi asyik menikmati indahnya mentari pagi, tiba-tiba Pak RT yang sudah menganggapku sebagai anaknya datang dengan terburu-buru. Kupikir ada apa ? ternyata setelah beliau memanggil ibu dan kami duduk santai bertiga.
Dengan tenang beliau berkata “ Ibu tau teman saya pak Prawoto yang angkatan laut itu ?”
“ Tahu, memangnya ada apa pak?” jawab ibu balik bertanya
“ Bukankah mereka sampai saat ini mereka belum punya anak, jadi tadi secara ngak sengaja aku bercerita soal Ani kepada mereka. Dan mereka menawarkan diri untuk mengajak ani tinggal bersama dan akan dianggab seperti anak sendiri” cerita bapak
Sejenak aku dan ibu terdiam, tidak bisa berkata apa-apa hati kami berbicara masing-masing, dengan pendapat masing-masing. “ Apakah aku bisa berpisah dengan ibu? Wanita yang beberapa bulan ini sudah sangat menyayangi aku dan menganggab aku seperti putrinya sendiri, demikian juga sebaliknya denganku.
“ Bagaimana An,apakah kamu bersedia tinggal dengan mereka? Rumahnya tidak jauh dari sini kok, jadi sekiranya kamu kangen dengan ibu, kamu bisa sewaktu-waktu datang kemari.Kamu sudah kami anggap seperti anak sendiri. Dan bapak ingin yang terbaik buat masa depanmu, kabarnya mereka punya keponakan TNI, namanya Sanusi, tapi sekarang masih dinas di luar propinsi. Siapa tahu kalian berjodoh, sehingga kamu bisa benar-benar jadi keluarga pak prawoto dan InshaAllah dijamin masa depanmu pasti bahagia.” Kata pak RT memecah lamunanku.
“Kalau memang ini yang terbaik buat kita semua ya saya nurut saja sama bapak dan ibu.”Jawabku agar tidak mengecewakan mereka berdua. Dan sore harinya aku resmi pindah kerumah bapak prawoto menjadi anak angkat mereka diusiaku yang baru masuk 19 (sembilan belas ) tahun. Ibu dan bapak sangat baik dan sayang kepadaku mereka memenuhi semua kebutuhan hidupku.Setiap hari aku hanya membantu pekerjaan ibu dirumah mulai dari bersih –bersih sampai menyiapkan makan. Semua pekerjaan kukerjakan berdua denga ibu sambil menunggu bapak pulang dinas.
Sampai akhirnya aku dikenalkan dengan Sanusi, seorang TNI keponakan ibu. Pemuda ini sangat baik, sopan dan sabar, tetapi entah mengapa saat berkenalan dengannya tidak ada debar-debar cinta dihatiku kepadanya.dan perasaan itu kuceritakan sama ibu, namun jawab beliau “ sudah tidak usah mikiri cinta nanti dia akan datang sendiri bersama dengan waktu.”
 ******
Hanya ku iyakan saja nasehat ibu padaku, agar beliau senang. Setelah seminggu perkenalan kami, mas Sanusi pamit dinas keluar propinsi untuk beberapa bulan kedepan, katanya setelah pulang dinas nanti aku akan segera melamarku dan  meresmikan pernikahan kami.
Bulan kedua kepergian mas sanusi dinas, iseng-iseng aku berjalan-jalan ke pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.Disinilah perkenalanku dengan seorang pelaut dari sumatera, namanya Abdul Muthalib Chaniago, dan aku memanggilnya mas Thalib. Sejak perkenalan pertama aku merasa sudah jatuh cinta kepadanya, jangankan saat berada didekatnya berada jauh beberapa jam saja sudah membuat hatiku berdebar dan rindu. Perasaan ini sangat berbeda dengan yang kurasakan saat berada di dekat mas sanusi.
Tanpa sepengetahuan ibu dan bapak angkatku, diam-diam kami sering bertemu. Kami menghabiskan waktu seharian berdua saja, diajaknya aku jalan-jalan keliling surabaya,nonton bioskop dan makan direstoran dengan harga yang cukup mahal,penampilannya yang gagah dengan baju, sepatu jam tangan yang mahal, membuatku seperti terhipnotis dengan penampilannya. Sungguh tampan dan satu lagi wangi parfumnya yang mahal itulah yang membuatku tak bisa jauh darinya, perhatiannya dan cara memperlakukan seorang wanita dengan terhormat, membuatku bisa menarik kesimpulan bahwa pemuda tampan ini adalah seorang yang setia dan bertangunggjawab.
Diawal perkenalan aku sudah banyak bercerita tentang kehidupanku hingga sampai disurabaya ini, aku juga menceritakan bahwa aku adalah anak angkat dari ibu prawoto.Mendengar ceritaku mas thalib akhirnya mengajakku untuk pulang menemui keluargaku di Kota malang.
Tanpa pamit sama ibu prawoto aku pergi diam-diam dengan mas thalib ke kota malang. Di Malang mas Thalib kuajak kerumah paklek, satu-satunya keluarga dari almarhumah ibuku dan juga satu-satunya orang yang paling tegas dalam menentukan keputusan apa yang harus kuambil.
Sore itu sesampainya dirumah batu malang, secara langsung mas thalib melamarku “ Pokoknya besok bisa ngak bisa sebelum kapal saya berlayar, saya akan menikah dengan Ani. Jika tidak diijinkan maka selamanya saya tidak akan pernah datang lagi ke jawa.”
Mendengar hal itu kami semua tercengang, termasuk juga aku padahal disepanjang perjalanan surabaya-malang  tadi mas thalib tidak menceritakan maksud kedatanganya. Katanya hanya ingin jalan-jalan saja.Tidak berapa lama paklek membuka kembali percakapan dan menayakan langsung kepadaku’ bagaimana An, apakah kamu bersedia menjadi istrinya dik Thalib ? tanya paklek.
Dengan malu-mal tapi mau aku menganggukan kepala, akhirnya kami sepakat lusa diputuskan sebagai hari lamaran sekaligus pernikahan. Sore itu kami berdua langsung kembali ke Surabaya ke rumah ibu angkatku, bu prawoto untuk meminta ijin sekaligus doa restu. Namun sesampainya dirumah ibu malah memarahi aku karena telah pergi tanpa pamit seharian dan pulang hingga larut malam.

Kubiarkan saja ibu memarahiku habis-habisan, dan setelah beliau reda baru aku mengutarakan maksudku. Mendengar hal itu beliau merasa sangat terpukul, marah dan sedih. Tapi apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur, aku sudah jatuh cinta pada mas thalib dan mungkin memang aku tidak berjodoh dengan mas Sanusi.
Besoknya dengan rasa kecewa kedua orang tua baik hati itu melepas kepergianku pulang. Mereka sungguh tidak bisa menerima semua keputusanku, sampai-sampai mereka tidak mau menghadiri acara pernikahanku dengan mas thalib. “Maafkan aku ibu, bapak terimakasih kuucapkan untuk semua bantuan dan kebaikan kalian padaku selama ini, sampaikan salamku  ucapan maafku pada mas Sanusi” pamitku sambil mencium tangan mereka berdua.
*********

Comments

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts